Penulis : Sutardji Calzoum Bachri
Genre : Sajak
Penerbit : Yayasan Indonesia dan Majalah Horison
Cetakan : Ketiga, 20113
Halaman : 110 halaman
Doa
O Bapak Kapak
beri aku leherleher panjang
biar kutetak
biar ngalir darah resah
ke sanggup laut
Mampus!
Sajak di atas adalah salah satu sajak karya Sutardji Calzoum Bachri yang dimuat dalam buku kumpulan sajaknya berjudul "O Amuk Kapak", Sutardji Calzoum Bachri adalah bagian yang lekat dalam khazanah sastra Indonesia. Sajak-sajaknya berbeda dengan penyair lain. Dalam bagian awal buku ini tertulis bahwa sejarah telah mencatat kelahiran Sutardji Calzoum Bachri sebagai pembaharu dan pelopor perpuisian Indonesia modern pada era 70-an.
Buku ini memuat kumpuln sajak-sajaknya dalam sajak O, Amuk, dan Kapak yang kemudian digabung menjadi satu : O Amuk Kapak. Sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri memang unik, bukan hanya dari pemilihan diksinya saja, namun juga cara menuliskannya berbeda dari yang orang lain lakukan. Seperti dalam sajak berikut ini :
-selamat pagi-
kata mereka
kata siang
sang penghibur itu
kasih
teguhlah
mari kita berikan kembali
-selamat pagi- itu
pada siang
sang penghibur yang
sia sia
Penulisan sajak di atas yang tidak rata benar-benar ada. Tulisan di atas bukan karena saya yang salah mengetik. Namun, itu adalah bentuk salah satu sajak yang ditulis oleh Sutardji. Sutardji tidak hanya memperhatikan keindahan kata-kata dalam sajaknya saja, namun betul-betul memperhatikan tampilan kata-kata dalam sajaknya ketika ditulis dalam selembar kertas. Penulisan sajak yang berbentuk-bentuk itu juga memiliki makna tersendiri.
Buku ini jarang ditemukan di toko-toko buku karena memang buku ini (yang pernah saya lihat) adalah milik negara dan tidak diperdagangkan. Jika menginginkan buku ini harus "bergerilya" untuk mendapatkannya. Namun, biasanya sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri muncul dalam pelajaran Bahasa Indonesia baik SMP maupun SMA.
Membaca buku ini berarti membaca sajak-sajak yang unik tapi indah. Kita bisa melihat kekreatifitasan dari salah seorang penyair besar yang pernah ada di Indonesia.
No comments:
Post a Comment