Wednesday, 2 July 2014

Resensi Buku "Cintapuccino"



Judul                        : Cintapuccino

Penulis                     : Icha Rahmanti
Genre                       : Chicklit
Penerbit                   : GagasMedia
Tahun Terbit            : Cetakan ke-17, 2008
Jumlah Halaman       : xviii+260 halaman



     Novel atau buku yang diklaim sebagai chicklit berjudul "Cintapuccino" sebenarnya adalah novel yang sudah lama, kira-kira saat itu ketika Saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar, Saya mengetahui novel ini yang kemudian dijadikan film. Namun, saat itu Saya belum pernah membaca novel tersebut. Baru-baru ini Saya membaca tulisan yang menyebutkan bahwa novel "Cintapuccino" ini adalah salah satu novel remaja atau chicklit yang cukup bagus. Saya jadi tertarik dengan novel, kebetulan saat Saya ke toko buku, Saya menemukan novel yang sudah terbilang langka ini dan langsung Saya beli, hehehe.
     Cerita yang ada pada novel ini adalah cerita kehidupan remaja yang sering kita jumpai. Cerita di dalamnya tidak asing lagi di telinga kita sehingga kita bisa menikmati buku ini dengan cukup mudah.

     Berawal dari seorang gadis bernama Rahmi atau biasa dipanggil dengan Ami yang jatuh cinta pada kakak seniornya bernama Nimo saat duduk di bangku SMA. Kecintaan Ami pada kakak kelasnya bukan sekedar cinta biasa yang bisa dalam waktu singkat atau berpindah ke lain  hati. Ami pun mengkalim dirinya sudah terjangkit Virus Nimo Kronis. Memang benar, tidak hanya cukup memandang pujaan hatinya dari kejauhan saja, Ami pun mengikuti kegiatan-kegiatan yang juga diikuti oleh Nimo seperti kegiatan menjadi satuan keamanan di sekolah. Meskipun untuk menjadi anggota kegiatan itu Ami harus berjuang dengan keras dan tidak jarang mengorbankan kesehatannya karena memang kegiatan itu benar-benar merupakan kegiatan fisik. Selain itu, hal yang tidak boleh ketinggalan adalah mencari kabar terbaru Nimo, siapa pacarnya, kapan tanggal ulang tahunnya, dan di mana Nimo akan melanjutkan studinya.
      Meskipun akhirnya Ami satu kampus dengan Nimo, namun dia sama sekali tidak bisa dekat dan menjadi seseorang yang spesial bagi Nimo. Padahal Nimo selama ini cukup sering bergonta-ganti pacar dan Ami juga sempat memiliki pacar, namun cinta Ami pada Nimo tidak pernah berubah. Dia tetap ingin selalu berada dekat dengan Nimo. Hingga Ami memilih perusahaan yang sama dengan perusahaan tempat Nimo bekerja. Tapi sayangnya ternyata Nimo ditempatkan di luar negeri sedangkan Ami ditempatkan di luar pulau Jawa yang membuatnya sangat bosan menjalani hari-hari bekerja di tempat itu. Saat bekerja di tempat membosankan itulah Ami bertemu dengan Raka, jurnalis muda yang kariernya cukup cemerlang. Raka ini yang akhirnya menjadi calon suami Ami, Ami begitu nyaman dengan sikap Raka yang sangat dewasa. Ketika hari pertunangannya dengan Raka semakin dekat, tiba-tiba hal yang mengguncangnya dan mengguncang hubungannya dengan Raka terjadi. Nimo datang kepada Ami! Tidak, kedatangan Nimo bukan kedatangan yang biasa. Ada yang aneh dengan Nimo yang tidak biasanya menghubungi Ami kini semakin sering menghubungi Ami. Ami tidak habis pikir dengan sikap Nimo itu, begitu juga dengan Raka yang tidak menyangka bahwa ternyata perjalanan cintanya yang hampir menjelang kebahagiaan ini tidak berjalan dengan mulus.

     Dari novel ini selain kita bisa membaca kisah cinta remaja, kita juga bisa mengetahui gaya hidup remaja yang dijadikan tokoh dalam novel ini. Dituturkan dengan bahasa "gaul" membuat novel ini pas karena menggambarkan tokoh-tokoh yang menganut kehidupan yang "agak bebas".  Seperti contohnya ketika Ami tidak malu mengakui bahwa dalam keseharian dia adalah seorang perokok pada Ibu Raka yang merupakan  perempuan tua asli Jawa. Selain itu, tokoh Nimo ketika dewasa juga digambarkan sebagai "playboy" yang selalu melakukan petualangan cinta.
     Meskipun banyak yang mengatakan bahwa novel ini "luar biasa", namun menurut Saya cerita yang disampaikan pada novel ini adalah cerita yang telah banyak Saya dengar di luar novel ini sehingga ketika Saya membacanya tidak ada rasa keterkejutan atau emosi yang serasa dipermainkan. Terasa datar dan akhir ceritanya mudah ditebak. Namun, jalan ceritanya cukup menghibur dan kadang membuat Saya "tersenyum-senyum" sendiri ketika membaca beberapa bagian dari buku ini. Tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan novel "best seller" ini.

No comments:

Post a Comment