Wednesday, 16 April 2014

Resensi Buku Ketika Mas Gagah Pergi




Judul                :  Ketika Mas Gagah Pergi
Penulis             :  Helvy Tiana Rosa
Penerbit           :  AsmaNadia Publishing House
Tahun              :  2011
Halaman          :  x+245 halaman

Sebenarnya saya sudah lama membaca cerpen helvy tiana rosa yang berjudul “Ketika Mas Gagah Pergi”. Saat masih SMA dulu, saat saya kuliah, cerpen ini kembali booming dengan dibikin buku. Awalnya saya mengira buku ini adalah cerpen yang dijadikan novel. Ternyata buku ini merupakan kumpulan cerpen dari Helvy Tiana Rosa yang lain, selain cerpen Ketika Mas Gagah Pergi. Memang cerpen ini kemudian dibuat lebih panjang dari cerpen yang saya baca dulu. Judulnya pun ada tambahannya : Ketika Mas Gagah Pergi dan Kembali...
Dulu ketika saya membaca cerpen ini, memang cerpen ini adalah cerpen yang sangat menggugah terutama untuk remaja. Begitu juga dengan membaca buku ini, saya seperti melihat sisi kehidupan lain yang belum pernah saya lihat sebelumnya.
Mas Gagah yang dulunya merupakan orang yang asik bagi adiknya Gita kini berubah menjadi pendiam dan aneh. Mas Gagah nampak lebih islami, hal ini tentu saja sangat aneh di mata Gita yang tomboy san berpenampilan cuek. Ternyata Mas Gagah telah berbuat banyak untuk orang-orang di sekitarnya seperti membantu anak-anak dan menyumbang alat-alat belajar. Membuat preman-preman tobat, dan sering mengisi seminar dan diskusi. Akhirnya Gita menjadi tergugah hatinya dan ingin berjilbab. Ketika menjelang hari ulang tahunnya, Gita ingin mengenakan jilbab dan ingin menunjukkannya pada Mas Gagah, namun sayang Mas Gagah tidak pulang ke rumah, dia meninggal...
Tidak hanya serita Ketika Mas Gagah pergi yang sangat menggugah, namun semua cerpen yang ada di buku ini membuat hati Saya baca tiap membacanya. Seperti cerpen “Selamanya Cinta”. Namun yang agak membuat Saya sedikit bosan, kebanyakan cerita ini mengedepankan kematian, sehingga agak mudah ditebak. Namun ada beberapa yang tidak menceritakan kematian. Memang dengan kisah toko yang dibuat tragis (atau bahkan sangat tragis) akan membuat pembaca sangat terbawa perasaan sedih. Namun jika hal ini diterapkan dalam buku yang isinya kumpulan cerpen, saya rasa jadi agak membosankan. Namun buku ini memang lain. Saya tidak menyesal mebaca buku ini, saya jadi tahu ternyata banyak orang-orang yang menderita, dan mengasah kepekaan sosial saya. Membaca buku ini seperti menemukan air karena akhir-akhir ini saya jarang membaca novel islami namun tetap asyik, realistis dan menggugah hati.

No comments:

Post a Comment