Tuesday, 5 August 2014

Resensi Buku "Speed Reading For Beginners"



Judul : Speed Reading For Beginners
Penulis : Muhammad Noer
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Pertama, Maret 2012
Halaman : xvii+145 halaman
Genre : Non Fiksi



     Membaca buku tebal dengan cepat serta dapat memahami isi buku tersebut adalah dambaan bagi banyak orang terutama bagi para akademisi seperti mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi dan membutuhkan membaca banyak referensi. Namun, tidak semua orang dapat membaca dengan cepat. Kondisi inilah yang juga menyebabkan banyak orang menjadi malas untuk membaca. Dengan "speed reading" atau membaca cepat, orang-orang bisa membaca jumlah kata yang banyak dengan waktu yang singkat, memahami bacaan dengan lebih cepat, dan mampu memilih informasi. Namun, banyak mitos tentang "speed reading" yang menyebabkan banyak orang pesimis terhadap metode "speed reading" ini. Mitos itu di antaranya adalah ketika membaca dengan "speed reading" maka kita tidak akan bisa memahami dan menikmati isi bacaan secara keseluruhan dan mitos mengenai "speed reading" hanyalah untuk orang yang pintar. Mitos-mitos ini dibantah pada bagian awal buku ini. 
     Selanjutnya kita diajak untuk mengukur kemampuan membaca kita dengan cara membaca artikel yang telah disediakan pada buku ini, jumlah kata yang dibaca dibagi dengan waktu yang digunakan untuk membaca (dalam detik) dan dikalikan enam puluh, maka hasilnya adalah kecepatan membaca kita. Selain itu, kita juga diuji tentang pemahaman kita mengenai isi bacaan tersebut dengan beberapa pertanyaan. Tes awal ini penting untuk membandingkan dengan hasil membaca kita setelah kita menerapkan metode "speed reading".
     Hambatan-hambatan dalam menerapkan metode "speed reading" dan cara mengatasinya juga dikupas dalam buku ini. Setelah bisa menghilang hambatan-hambatan yang ada pada diri sendiri, selanjutnya pembaca diajak memulai untuk menerapkan teknik dasar "speed reading", tahap-tahapnya yaitu dengan latihan mengenali kata, latihan mengenali frasa, membaca kelompok kata, melatih irama pergerakan mata, latihan membaca dengan empat kolom, latihan membaca dengan tiga kolom, latihan membaca dengan dua kolom. Teknik menengah "speed reading" yaitu membaca secara vertikal, penyesuaian kecepatan baca, dan proses membaca terstruktur secara cerdas. Pada bab terakhir buku ini juga diulas mengenai teknik khusus dalam "speed reading".
     Membaca buku ini tidak memerlukan banyak waktu, menurut penulis dari buku ini, hanya dibutuhkan waktu sekitar satu jam untuk menyelesaikan buku ini dengan menggunakan kecepatan membaca rata-rata. Jika menggunakan teknik "speed reading" tentu waktu yang digunakan akan lebih sedikit. Dengan menguasai teknik "speed reading" diharapkan pembaca mampu memahami isi dari bacaan dengan lebih cepat dan tidak ada lagi buku atau e-book yang hanya disimpan dan tidak pernah dibaca. Untuk siapa saja yang ingin mempelajari kelanjutan dari teknik "speed reading", penulis menawarkan pelatihan melalui website nya pada bagian penutup buku ini. 

Thursday, 10 July 2014

Resensi Buku "Gadis Pantai"




Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara
Genre : Roman
Cetakan : 7, September 2011
Halaman : 272 halaman

     Gadis pantai adalah seorang gadis biasa yang tinggal di daerah kampung nelayan Karesidenan Jepara Rembang. Gadis ini adalah seorang "kembang" di desanya. Suatu hari, Gadis Pantai diharuskan menikah dengan Bendoro, meskipun hatinya menolak karena takut, orang tuanyapun sebenarnya kasihan kepadanya, namun mereka tidak bisa menolak keharusan ini. Gadis pantai akhirnya "diboyong" ke rumah Bendoro yang mewah dan harus meninggalkan kedua orang tuanya. Gadis Pantai selalu merasa kesepian, namun untungnya selalu ada bujang wanita yang menemaninya, mendongenginya dan siap melayaninya. Gadis Pantai yang selanjutnya dipanggil dengan "Mas Nganten" ini dijadikan istri yang tidak resmi oleh Bendoro, ini hanyalah pernikahan latihan sebelum Bendoro menikah "yang sebenarnya" dengan perempuan yang sederajat dengannya.
     Bendoro tidak setiap hari bersama dengan Gadis Pantai, dia sering bepergian dan Gadis Pantai tak perlu mengetahui kemana saja "suaminya" itu pergi. Setiap hari dia selalu kebosanan, lalu diapun mengisi waktunya untuk belajar berbagai macam hal. Dari bujang wanitanya pula ia belajar mengenai kehidupan.
     Gadis Pantai menjadi istri yang penurut ketika "suaminya" kembali ke rumah, dia tak perlu bertanya macam-macam kepada Bendoro. Gadis Pantai selalu menjaga sikapnya, hingga akhirnya Mas Nganten mengandung anak Bendoro. Dia tahu, sesudah kelahiran anaknya ini pastilah dia akan dibuang dan Bendoro akan segera melangsungkan pernikahan "sejatinya". Tapi Gadis Pantai terus berharap agar dia bisa bersama anaknya kelak. Cobaan-cobaan yang Gadis Pantai alami di rumah Bendoro dan kerinduannya terhadap orang tua dan kampung halamannya membuat Gadis Pantai ingin menjenguk kampung halamannya. Suatu saat, Gadis Pantai bisa pulang ke kampung halamnnya dengan membawa barang-barang untuk orang tuanya, orang-orang mengagumi Gadis Pantai yang telah menjadi Mas Nganten itu.
     Saat tiba waktunya Gadis Pantai melahirkan, ternyata anak yang dikandungnya adalah perempuan. Apakah Bendoro tetap akan mengambil anaknya karena bayi yang dia lahirkan adalah perempuan, bukan laki-laki. Timbul niatnya untuk mempertahankan anaknya yang baru lahir itu. Namun, apa daya ternyata Bendoro tetap mengambil anaknya, Gadis Pantai yang sudah tidak diperlukan harus keluar dari rumah Bendoro. Gadis pantai meraung-raung meminta anaknya dikembalikan, namun itu percuma saja. Gadis Pantai tidak bisa kembali ke desanya, pun untuk tetap tinggal di rumah Bendoro sudah tidak bisa lagi. Beberapa bulan selanjutnya, Gadis Pantai hanya bisa mengintip di balik dokar yang berhenti di depan rumah Bendoro.


     Seperti "buku bagus" yang lainnya, buku ini pun telah diterbitkan beberapa kali dengan sampul yang berbeda, dan Saya berkesempatan untuk membaca buku ini yang diterbitkan oleh penerbit Lentera Dipantara. Gambar pada sampul buku ini menurut saya sangat bagus, ada gambar seorang gadis berwajah Jawa yang sedang duduk, di belakangnya nampak "priyayi" Jawa beserta ajudannya. Sangat menggambarkan isi cerita yang ada dalam buku ini. Membaca roman yang ditulis oleh Pram ini membuat perasaan menjadi sesak, terutama ketika pada bagian akhir saat Gadis Pantai dipisahkan oleh bayinya yang belum lama lahir. Juga ketika membaca keseluruhan buku ini, akan kita temukan betapa menderitanya batin Gadis Pantai. Meskipun dia adalah istri yang penurut, namun ada kalanya dia menemukan perang batin dalam dirinya, yaitu ketika dia jatuh hati pada tamu Bendoro yang sempat makandi ruang tamu di rumah Bendoro. Antara perasaan berdosa, ragu-ragu, namun dia akhirnya menikmati perasaannya itu ketika dia dapat duduk di kursi bekas tamu Bendoro duduk beberapa saat yang lalu sebelum Gadis Pantai duduk di kursi itu.
     Pramoedya Ananta Toer menceritakan feodalisme yang berujuang pada kesewenang-wenangan dan tindakan tidak berperikemanusiaan. Bendoro yang seorang priyayi berlaku sewenang-wenang terhadap Gadis Pantai yang hanya rakyat jelata, dia tega memisahkan Gadis Pantai dengan anak yang baru dilahirkannya. Kritik Pram sangat kentara dalam roman ini. Akibat sistem yang menyengsarakan rakyat jelata, banyak rakyat yang akhirnya terpaksa tunduk dan tidak bisa melawan seperti ketika orang tua Gadis Pantai sebenarnya tidak tega ketika anaknya ketakutan dan tidak mau ditinggal oleh kedua orang tuanya saat diharuskan "boyong" ke rumah Bendoro, kedua orang tua itu tidak mampu melawan kuasa Bendoro, akhirnya mereka merelakan anak gadisnya untuk tinggal di rumah Bendoro.
     Pram mengkisahkan dengan baik derita Gadis Pantai dan kesewenang-wenangan Bendoro beserta priyayi lain di sekitar Bendoro. Bacalah buku ini, dan kita akan terharu atas kehidupan si Gadis Pantai.

Resensi Buku "O Amuk Kapak"




Penulis : Sutardji Calzoum Bachri

Genre : Sajak
Penerbit : Yayasan Indonesia dan Majalah Horison
Cetakan : Ketiga, 20113
Halaman : 110 halaman



                                                                       Doa
     
                                                             O Bapak Kapak
                                                             beri aku leherleher panjang
                                                             biar kutetak
                                                             biar ngalir darah resah
                                                             ke sanggup laut
                                                             Mampus!  


     Sajak di atas adalah salah satu sajak karya Sutardji Calzoum Bachri yang dimuat dalam buku kumpulan sajaknya berjudul "O Amuk Kapak", Sutardji Calzoum Bachri adalah bagian yang lekat dalam khazanah sastra Indonesia. Sajak-sajaknya berbeda dengan penyair lain. Dalam bagian awal buku ini tertulis bahwa sejarah telah mencatat kelahiran Sutardji Calzoum Bachri sebagai pembaharu dan pelopor perpuisian Indonesia modern pada era 70-an. 
     Buku ini memuat kumpuln sajak-sajaknya dalam sajak O, Amuk, dan Kapak yang kemudian digabung menjadi satu : O Amuk Kapak. Sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri memang unik, bukan hanya dari pemilihan diksinya saja, namun juga cara menuliskannya berbeda dari yang orang lain lakukan. Seperti dalam sajak berikut ini :

                                                          -selamat pagi-
                                                                         kata mereka
                                                                                        kata siang
                                                                                               sang penghibur itu
                                                          kasih
                                                                teguhlah
                                                          mari kita berikan kembali
                                                                         -selamat pagi- itu
                                                                              pada siang
                                                                         sang penghibur yang
                                                                         sia                      sia



     Penulisan sajak di atas yang tidak rata benar-benar ada. Tulisan di atas bukan karena saya yang salah mengetik. Namun, itu adalah bentuk salah satu sajak yang ditulis oleh Sutardji. Sutardji tidak hanya memperhatikan keindahan kata-kata dalam sajaknya saja, namun betul-betul memperhatikan tampilan kata-kata dalam sajaknya ketika ditulis dalam selembar kertas. Penulisan sajak yang berbentuk-bentuk itu juga memiliki makna tersendiri.
     Buku ini jarang ditemukan di toko-toko buku karena memang buku ini (yang pernah saya lihat) adalah milik negara dan tidak diperdagangkan. Jika menginginkan buku ini harus "bergerilya" untuk mendapatkannya. Namun, biasanya sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri muncul dalam pelajaran Bahasa Indonesia baik SMP maupun SMA. 
     Membaca buku ini berarti membaca sajak-sajak yang unik tapi indah. Kita bisa melihat kekreatifitasan dari salah seorang penyair besar yang pernah ada di Indonesia.

Wednesday, 9 July 2014

Resensi Buku "Totto Chan"



Judul : Totto Chan, Gadis Cilik di Jendela
Penulis : Tetsuko Kuroyanagi
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Cetakan ke 12, Jul 2012 (Hard Cover)
Halaman : 272 halaman


     Totto Chan, seorang gadis kecil yang baru bersekolah di kelas satu SD harus dikeluarkan dari sekolahnya karena dianggap telah berbuat "nakal" dan di luar kelaziman anak-anak seusianya. Sebelumnua, Totto Chan selalu mebuat ulah yang merepotkan gurunya, namun ketika dia memanggil pengamen jalanan untuk bernyanyi di kelasnya, gurunya tidak tahan lagi dan itu adalah sebuah kesalahan yang membuatnya akhirnya dikeluarkan dari sekolah. Mama Totto Chan yang penyabar tidak pernah memarahi anaknya yang sangat aktif itu, Mama juga tidak mengatakan bahwa Totto Chan telah dikeluarkan dari sekolahnya, namun Mama memberikan penjelasan lain yang tidak akan membuat Totto Chan sedih.
     Akhirnya Mama menemukan sekolah yang mau menerima Totto Chan. Sekolah itu unik dan berbeda dari sekolah pada umumnya. Kelas-kelas sekolah merupakan gerbong kereta api yang sudah tidak digunakan kemudian dijadikan menjadi ruang kelas. Saat menjalani "tes wawancara", Totto Chan tidak diberi pertanyaan yang sulit oleh Kepala Sekolah, namun Kepala Sekolah justru menyuruh Totto Chan bercerita panjang lebar tentang hal apapun yang ingin dia ceritakan. Ternyata ini adalah salah satu metode Kepala Sekolah untuk mendekati siswa-siswinya. Totto Chan pun akhirnya diterima di sekolah itu dan dengan cepat merasa nyaman dengan lingkungan barunya.
     Sekolah baru Totto Chan adalah sekolah yang unik, muridnya tidak banyak namun beberapa di antara mereka adalah murid yang memiliki penyakit, kelainan, ataupun berasal drai keluarga tidak mampu. Pembelajaran di sekolah itu juga unik, setiap murid diwajibkan membawa makanan yang berasal dari gunung dan dari laut. Totto Chan sangat penasaran dengan hal itu. Ketika sedang mengikuti pelajaran Totto Chan bisa memandang pemandangan di luar gerbong kelasnya. Di sekolah ini, murid-murid juga bisa memilih mata pelajaran yang disukainya. Kepala Sekolah dan guru-guru yang sangat dekat dengan anak-anak dan selalu menciptakan inovasi baru dalam pembelajaran membuat murid-murid di sekolah ini termasuk Totto Chan merasa betah untuk terus berada di sekolah. Pembelajaran yang diterapkan oleh Kepala Sekolah dan guru-guru di sekolah ini kelak akan sangat berguna bagi semua murid, tidak hanya terampil dalam hal mata pelajaran saja, namun mereka juga bisa memahami makna kehidupan yang sebenarnya lewat sekolah ini.

     Cerita Totto Chan telah begitu terkenal, tidak jarang pembelajaran dan sistem sekolah yang ada di sekolah Totto Chan yang unik itu menjadi impian oleh para aktivis pendidikan untuk dapat diterapkan juga di sekolahnya. Memang sistem pembelajaran yang digagas oleh Kepala Sekolah di sekolah Totto Chan sangat berbeda dari sekolah formal lainnya, ia begitu kreatif dalam menciptakan suasana menyenangkan di kelas. Totto Chan yang tadinya diberi label "nakal" pun dapat tertangani di sekolah ini. Meskipun dituturkan dengan gaya bahasa yang santai sudah sewajarnya jika buku ini menjadi bahan bacaan bagi orang-orang yang berkecimpung di dunia pendidikan.

Resensi Buku Alice's Adventure In Wonderland






Judul : Alice’s Adventure In Wonderland
Penulis : Lewis Carroll
Genre : Fiksi
Penerbit : Cikal Aksara (Agromedia)
Tahun Terbit : 2014


            Alice seorang gadis cilik, suatu hari ketika sedang berada di tepi sungai bersama kakak perempuannya melihat seekor kelinci yang berjalan dengan cepat. Namun aneh, kelinci itu tidak seperti kelinci pada umumnya. Kelinci itu memeiliki sebuah jam dan juga berpakaian. Alice terheran-heran melihat kelinci itu. Tidak disangka, ketika melihat kelinci itu, Alice akan memasuki dunia yang sangat menakjubkan dan tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
            Alice mengikuti perginya kelinci itu hingga tidak sadar dia masuk dalam sebuah lubang. Alice pun terjatuh di suatu rungan yang mebawanya ke dunia lain. Alice penasaran ketika mengintip di sebuah pintu, dia melihat pemandangan yang indah sehingga menarik hatinya untuk pergi ke sana. Namun sayang, ukuran badannya terlalu besar untuk melewati pintu tersebut. Ketika dia melihat cairan di dalam botol yang terletak di atas meja, diapun meminum cairan itu. Tubuhnya menyusut dengan cepat setelah meminum cairan aneh tersebut. Hingga sepanjang petualangannya di cerita ini, tubuhnya akan selalu membesar-mengecil-membesar-mengecil seiring dengan makanan-makanan aneh yang Alice temukan yang selalu membuat tubuhnya berubah-ubah ukuran.
            Ketika tubuhnya sudah menyusut, Alice memasuki dunia yang sama sekali berbeda dengan dunia manusia. Dia bertemu dengan burung-burung yang dapat berbicara. Dia juga bercaka-cakap dengan tikus. Bertemu bayi yang kemudian berubah menjadi babi, tidak ketinggalan juga Alice sering melihat kelinci yang pertama kali dia lihat sering melintas di hadapannya dengan terburu-buru. Hingga akhirnya Alice bertemu dengan seorang Ratu, Ratu tersebut suka sekali memenggal kepala rakyat dan bawahannya ketika mereka berbuat salah.
            Cerita di atas adalah ringkasan buku yang Saya baca yang berjudul Alice’s Adventure In Wonderland. Buku klasik yang pertama diterbitkan pertama kali pada tahun 1865 dan diterbitkan ulang oleh penerbit Cikal Aksara pada tahun 2014. Sebenarnya sebelumnya juga telah banyak penerbit yang menerbitkan ulang buku ini.
Cerita Alice ini sudah sangat melegenda, bahkan sudah difilmkan juga. Ketika melihat bukunya yang agak tipis dan bersampul menarik seperti buku anak-anak pada umumnya, Saya langsung “senang” dengan buku tersebut. Saya kira buku itu akan dengan cepat Saya selesaikan. Namun, ketika membacanya ternyata perlu memeras otak juga untuk memahami maksud dari cerita itu. Tidak jarang saya mengulang membaca sebuah paragraf supaya saya bisa paham akan maksud dari paragraf tersebut. Meskipun begitu, dengan membaca buku ini imajinasi kita akan terasah. Membayangkan tiap-tiap bagian petualangan yang Alice lalui. Untungnya, di buku ini terdapat beberapa ilustrasi sehingga kita bisa membayangkan dengan mudah gambaran yang dimaksudkan oleh penulis.
            Menonton filmnya saja tidak cukup. Dengan membaca buku ini, kita akan melihat cerita Alice’s Adventure In Wonderland yang fenomenal itu melalui tulisan aslinya, bukan dari adaptasi-adaptasi film yang selama ini sering kita saksikan. Membayangkan ada seorang penulis di zaman itu yang memiliki imajinasi yang tinggi seperti pada cerita ini membuat cerita Alice’s Adventure In Wonderland patut untuk dikagumi.

Resensi Buku "Student Hijo"






Judul : Student Hijo
Penulis : Marco Kartodikromo
Genre : Fiksi, Novel
Penerbit : Yayasan Aksara Indonesia
Cetakan : Cetakan pertama, Februari 2000
Halaman : 212 halaman


            Dari sampulnya buku ini sungguh menarik, sangat terasa nuansa masa kolonialnya. Buku ini merupakan buku yang tergolong langka. Buku ini juga telah beberapa kali diterbitkan, kebetulan Saya membaca yang edisi lama. Secara fisik, buku yang Saya baca masih bagus untuk ukuran buku lama, hanya di pinggir buku sudah agak kotor. Bahasa di novel ini masih menggunakan bahasa jaman dulu, tapi masih bisa dengan mudah dipahami. Penulis buku ini adalah Marco Kartodikromo atau biasa disebut dengan Mas Marco, beliau memang senior dalam hal menulis pada zamannya. Seperti yang tertulis pada halaman awal, cerita dalam buku ini pertama kali diterbitkan sebagai cerita bersambung di Surat Kabar Hindia pada tahun 1918, dan terbit sebagai buku pertama kali oleh N. V. Boekhandel en Drukken, MASMAN &STROINK, Semarang, 1919. Dengan kata lain, cerita ini dibuat sudah lama sekali, kemudian diterbitkan sebagai buku dalam versi modern pada tahun 2000.
            Novel ini menceritakan seorang pelajar yang baru saja lulus sekolah setingkat SMA saat ini bernama Hijo yang disarankan (disuruh) oleh orang tuanya untuk melanjutkan kuliah insinyur di Belanda. Pada zaman dulu memang kedudukan seseorang akan terangkat jika mendapatkan pendidikan yang tinggi, terutaman jika bersekolah di Belanda. Ayah Hijo sangat menginginkan Hijo agar bersekolah di Belanda, sedangkan ibunya tidak menginginkan Hijo sekolah di Belanda karena dia takut Hijo akan terbawa arus pergaulan pemuda Belanda yang negatif. Ibunya juga takut jika Hijo nantinya akan “kepincut” dengan perempuan Belanda, sedangkan dirinya sendiri sebenarnya telah dijodohkan dengan seoarang gadis yang masih saudaranya sendiri yang bernama Biru.
            Hijo akhirnya berangkat ke Belanda, di Belanda dia ditempatkan di sebuah rumah milik keluarga yang mempunyai anak perempuan. Betje, salah satu anak perempuan dari keluarga itu kepincut dengan Hijo, akhirnya mereka menjalin hubungan meskipun tadinya Hijo tidak pernah menghiraukannya karena sifat Hijo yang serius dan tidak pernah melakukan perbuatan yang sia-sia. Di Jawa, Biru (tunangan Hijo) bertemu dengan Wungu yang juga sebenarnya menaruh perhatian pada Hijo, Wungu mempunyai kakak laki-laki bernama mas Yo. Keluarga Wungu sangat baik hati terhadap keluarga Hijo dan Biru sehingga pada akhirnya ibu Hijo sangat bersimpati pada Wungu dan memutuskan untuk menjodohkan Hijo dengan Wungu dan Biru dengan Mas Yo. Ayah Hijo pun setuju dan meminta Hijo pulang ke Jawa untuk dinikahkan dengan Wungu. Hijo yang sebenarnya sangat galau dengan keadaan di Belanda sangat senang karena dia dijodohkan dengan Wungu, perempuan yang ternyata selama ini dicintainya. Hijo akhirnya memutuskan hubungannya dengan Betje.
            Untuk novel yang mempunyai banyak konflik di dalamnya, isi cerita novel ini cukup singkat. Pada awal bab diceritakan betapa saling mencintainya Hijo dan Biru, mereka pun sangat sedih ketika harus berpisah saat Hijo akan kuliah di Belanda, namun di akhir cerita dengan mudahnya Biru jatuh cinta pada kakak Wungu, Mas Yo. Dan mudahnya Hijo menerima perjodohannya dengan Wungu yang ternyata adalah perempuan yang selama ini dicintainya. Jadi selama ini dia tidak mencintai Biru.
            Sebenarnya sangat banyak pergolakan batin dan konflik yang terjadi pada mahasiswa Jawa yang bersekolah di Belanda saat itu. Gaya hidup muda-mudi jaman kolonial itu juga sangat tergambar sehingga kita bisa membayangkan bagaimana kehidupan mereka saat zaman penjajahan.
Namun, untuk permasalahan dalam dunia pendidikan sendiri kurang ditekankan, yang diceritakan lebih ke konflik dalam kehidupan sehari-hari dan percintaan. Gaya hidup yang glamour dan mewah sangat menonjol pada cerita ini. Karena Hijo sendiri berasal dari kalangan priyayi yang mampu.
Jika kita ingin mencari tahu bagaimana kehidupan pelajar dari Jawa yang belajar di negeri Belanda, dengan hanya membaca buku ini saja belum cukup karena buku ini kurang menceritakan detail bagaimana kehidupan pelajar Jawa yang belajar ke negeri Belanda. Ending dari buku ini juga sangat tidak terduga, berbeda dari yang saya bayangkan ketika pertama membaca bagian awal dari buku ini.
Buku yang menjadi salah satu pelopor non fiksi ini seharusnya banyak dibaca oleh generasi muda, namun sayang sepertinya buku ini tidak populer di telinga generasi muda saat ini, mungkin karena mereka membayangkan akan membaca buku "jadul" dengan kalimat yang susah untuk dimengerti ketika melihat buku berjudul "Student Hijo" ini, padahal sebenarnya kalimatnya mudah untuk dicerna, ceritanyapun masih menarik untuk dibaca pada zaman sekarang.

Resensi Buku "Twitografi Asma Nadia"





Judul : Twitografi Asma Nadia
Penulis : Asma Nadia
Genre : Non Fiksi, Semi Autobiografi
Penerbit : Asma Nadia Publishing House
Cetakan :
Halaman :


Twitografi Asma Nadia adalah kumpulan dari postingan (tweet) di akun @asmanadia. Sebelumnya saya sempat khawatir, meskipun buku ini cukup tebal, jangan-jangan isinya hanya sebatas copy paste dari tweet-tweetnya asma nadia saja. Ternyata setelah saya  baca, isinya lumayan menarik. Desain penulisan buku ini memang seperti tampilan di twitter, sepotong sepotong kalimat, tapi masing masing kalimat tersebut dengan kalimat di bawahnya saling menyambung.  Ada yang dibuat benar-benar seperti twitter, misalnya @asmanadia #cintamushola....
Namun, ada juga yang simbol2 twitternya dihilangkan dan tulisannya jadi mirip seperti  paragraf paragraf.
Buku ini tidak hanya mengulas satu tema, tapi berbagai macam tema yang pernah ditweet oleh asma nadia khusunya tema remaja seperti masalah patah hati, travelling, menulis, berjilbab. Namun ada juga tema yang agak serius seperti pernikahan dan poligami. Meskipun begitu, buku ini cukup ringan untuk dimengerti. Ada juga pengalaman-pengalaman asli dari asma nadia. Kadang saya dibikin terharu, tertawa, sedih,dan bersemangat tiap membaca bab yang berbeda dari buku ini. Di akhir buku ada sisi lain asma nadia yang kemungkinan besar tidak diketahui oleh publik. Buku ini seakan ingin mengabadikan tentang populernya twitter sebagai media untuk promosi maupun untuk mengajak atau mempengaruhi orang lain. Buku ini bukti bahwa twitter dapat mempengaruhi orang lain dan sangat dijadikan rujukan oleh orang-orang untuk mendapat berita atau sekedar mencari kata-kata motivasi.
Dengan gaya yang sangat ketwitteran tapi tidak membuat bingung pembacanya, dan tidak meninggalkan esensi pesan yang ingin disampaikan oleh penulis, suatu saat jika twitter sudah tidak digunakan lagi, buku ini akan menjadi bukti bahwa twitter pernah eksis dan menjadi bagian yang penting dari masyarakat saat ini.

Presidential Election in Indonesia

     Today is election to choose the president and vice president. The elections were followed by all Indonesian people is held from 07.00 to 13.00. Two camps supporting each candidate is enthusiastic to follow this election and they hope that they support a presidential candidate will win in this election. Quick count conducted by the mass media is also awaited eagerly.
     Previously, when the campaign period, the two camps supporting each candidate so enthusiastic in doing good campaign in social media such as facebook, twitter, and other media that can be written by the general public. Elections for president and vice president this time, only two candidates, so the feel of competition is felt.
     People can choose when they are given a letter of invitation by the election of the local neighborhood, after the voters came to the polling stations circuitry to bring the invitation letter, will then be given a ballot to vote by way of ballot image presidential candidates are selected using similar tools nails. Paper ballots had been punched inserted into the ballot box, voters before exiting first to dip his finger in blue ink that has been provided by the election committee for a marker that the voters have chosen. However, for the nomads who live in the area can not follow the election by first taking care of the necessary paperwork at the local government such as RT or RW.
     After the election is closed, someone who has not used their right to vote should not vote. Because after the ballot counting will take place quickly.
Even so, not all of the community welcomed the presence of this election. Many are pessimistic because it may not be in favor of both candidates. Any candidate we choose, or even if we do not choose we must keep harmony together. Do not let this election will only make the conflict at the expense of ourselves. Elections have been held, that we can do now is pray that whatever happens, Allah will still provide the best for our state and nation.

This is an overview of the implementation of elections in Indonesia, I took this picture from google
Picture 1 : Polling Station of Elections. There we can see there is a chamber that is used to "cast"




Picture 2 : dye ink as a sign have the right to vote in elections

Tuesday, 8 July 2014

Resensi Buku Petualangan Tom Sawyer





Judul : Petualangan Tom Sawyer
Penulis : Mark Twain
Penerbit : Pustaka Jaya
Tahun : 1975
Halaman : 371 halaman


     Tom tinggal bersama bibinya, dan juga saudaranya. Bibinya yang galak, dan Tom yang suka membangkang membuat sering terjadi perseteruan di rumah bibinya itu. Tom yang masih duduk di bangku SD ini sering membuat ulah yang menyebabkan bibinya menjadi marah-marah. Di sekolah, Tom memiliki beberapa teman seperti Huck. Ada juga teman perempuan yang dia taksir bernama Becky, padahal sebelumnya Tom telah memiliki pacar, namun ketika melihat Becky, dia langsung jatuh hati pada gadis itu.
Tom sering melakukan "petualangan" dalam hidupnya yang mungkin petualangan yang luar biasa untuk anak-anak seusianya.
     Tom pernah memergoki pembunuh yang sedang beraksi membunuh seorang dokter di kuburan. Tom dan kawan-kawannya ketahuan telah mempergoki adegan pembunuhan tersebut. Tom dan teman-temannya akhirnya mengasingkan diri agar tidak diincar oleh pembunuh tersebut. Namun, akhirnya Tom bersaksi juga untuk kasus pembunuhan itu di pengadilan. Malang, sebelum Tom sempat menyelesaikan kesasiannya, Pembunuh itu berhasil kabur keluar dari pengadilan! 
Tom merasa nyawanya terancam....

     Buku yang masuk dalam  daftar "1001 books you must read before die" ini sudah diterbitkan berkali-kali dengan berbagai versi termasuk versi covernya yang bermacam-macam. Saya sendiri berkesempatan membaca buku ini dalam versi yang diterbitkan oleh penerbit Pustaka Jaya tahun 1975. Waooww, bahkan Saya belum lahir ketika buku ini diterbitkan. Buku yang saya baca ini bersampul hard cover dengan ukuran agak kecil dan bergaya klasik (ada pita pembatas bukunya juga). Ketika Saya melihat bagian belakang buku tersebut terdapat daftar harga buku-buku lain yang diterbitkan oleh Pustaka Jaya, harganya masih sekitar Rp 150,00 hingga Rp. 1000,00. Jadul sekali bukan? Membaca yang versi jadul ini justru memberikan sensasi tersendiri, bagaikan membaca sebuah buku klasik yang sudah langka. Sekarang, buku ini bisa ditemukan dalam versi cetakan terbarunya dengan berbagai macam cover yang berbeda.
     Meskipun masuk dalam daftar buku yang harus dibaca sebelum meninggal, tapi membaca buku ini membutuhkan ekstra berfikir untuk mencerna cerita yang ada di dalam novel, meskipun begitu novel ini tetap asyik untuk dibaca di zaman sekarang ini.

Saturday, 5 July 2014

Resensi Buku Shocking Japan

Judul : Shocking Japan

Penulis : Junanto Herdiawan
Penerbit : B First (PT Bentang Pustaka)
Cetakan : Kedua, Oktober 2012
Halaman : x+162 halaman




     "Shocking Jepang" merupakan buku yang akan membuat kita yang membacanya akan terkaget-kaget terkait dengan budaya Jepang yang belum atau jarang kita dengar. Apalagi bagi kita yang belum pernah ke jepang misalnya adanya perayaan-perayaan unik seperti perayaan hari menjadi dewasa, perayaan "pembuangan" boneka, juga perayaan hari anak perempuan. Ada juga kompetisi Sumo namun yang diadu di sini adalah bayi. Belum lagi kebiasaan-kebiasaan masyarakat Jepang yang super disiplin dan sangat rapi. Ketika membuang sampahpun harus benar-benar diperhatikan, kita harus memisahkan sampah berdasarkan jenis-jenisnya. Teknologi yang berkembang pesat di Jepang pun tidak luput dari cerita yang dikisahkan oleh penulis. Toilet yang memiliki kecanggihan bahkan ada toilet yang bisa "bernyanyi" memang sudah cukup lama menjadi hal yang terkenal dari Jepang. Namun, di balik "kehebatan" orang-orang Jepang itu, ternyata masih ada juga kekurangan yang dimiliki oleh mereka. Tuhan memang Maha Adil ya, hehehe. Angka bunuh diri sangat tinggi di Jepang, bahkan terjun dari kereta yang sedang melaju adalah merupakan trend bunuh diri di Jepang. Tingginya angka bunuh diri yang terjadi pada remaja dan usia lanjut ini salah satunya disebabkan oleh faktor ketidakbahagiaan yang mereka alami. Orang-orang Jepang dianggap terlalu tegang sehingga hanya memikirkan kemajuan ekonomi dan teknologi namun kurang mencari makna hidup. Untuk mengurangi angka bunuh diri, pemerintah Jepang merekrut idol Jepang yaitu AKB48 untuk melakukan aksi anti bunuh diri dalam program GKB47 yang juga merupakan program pemerintah untuk menekan aksi bunuh diri. Meski begitu, selebihnya dalam buku ini lebih banyak mengupas mengenai sisi positif Jepang, misalnya fakta bahwa Jepang ternyata tidak mengklaim bahwa tempe adalah hak cipta Jepang, karena seluruh dunia tahu bahwa tempe berasal dari Indonesia. Berita ini tentu berkebalikan dengan yang sering kita dengar selama ini.
     Buku ini memang bertujuan untuk menceritakan hal-hal aneh yang berkaitan dengan budaya atau kebiasaan orang-orang di Jepang. Sebenarnya ada buku-buku sejenis yang juga menggambarkan keunikan-keunikan di sebuah negara seperti buku "Shocking Korea", "Shocking Egypt", dan "Shocking China". Buku mengenai travel atau traveller memang selalu menarik untuk dibaca dan dibahas.
     Dalam buku yang berukuran agak kecil ini terdapat sajian pengalaman penulis yang sudah agak lama tinggal di Jepang. Gaya penulisannya santai dan kadang bisa membuat kita tertawa geli juga, misalnya ketika penulis bersama kawan-kawannya akan mengunjungi "Hanami Malam" yang merupakan acara piknik sambil memandangi bunga sakura namun pada malam hari. Jauh-jauh datang dengan semangat membara ternyara gerbang tempat untuk melakukan "Hanami Malam" ternyata sudah ditutup sejak pukul enam sore.
     Buku ini cocok untuk yang ingin mengetahui secara singkat bagaimana budaya dan kebiasaan orang Jepang, mudah dipahami karena menggunakan gaya bahasa yang ringan.

Wednesday, 2 July 2014

Resensi Buku "Cintapuccino"



Judul                        : Cintapuccino

Penulis                     : Icha Rahmanti
Genre                       : Chicklit
Penerbit                   : GagasMedia
Tahun Terbit            : Cetakan ke-17, 2008
Jumlah Halaman       : xviii+260 halaman



     Novel atau buku yang diklaim sebagai chicklit berjudul "Cintapuccino" sebenarnya adalah novel yang sudah lama, kira-kira saat itu ketika Saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar, Saya mengetahui novel ini yang kemudian dijadikan film. Namun, saat itu Saya belum pernah membaca novel tersebut. Baru-baru ini Saya membaca tulisan yang menyebutkan bahwa novel "Cintapuccino" ini adalah salah satu novel remaja atau chicklit yang cukup bagus. Saya jadi tertarik dengan novel, kebetulan saat Saya ke toko buku, Saya menemukan novel yang sudah terbilang langka ini dan langsung Saya beli, hehehe.
     Cerita yang ada pada novel ini adalah cerita kehidupan remaja yang sering kita jumpai. Cerita di dalamnya tidak asing lagi di telinga kita sehingga kita bisa menikmati buku ini dengan cukup mudah.

     Berawal dari seorang gadis bernama Rahmi atau biasa dipanggil dengan Ami yang jatuh cinta pada kakak seniornya bernama Nimo saat duduk di bangku SMA. Kecintaan Ami pada kakak kelasnya bukan sekedar cinta biasa yang bisa dalam waktu singkat atau berpindah ke lain  hati. Ami pun mengkalim dirinya sudah terjangkit Virus Nimo Kronis. Memang benar, tidak hanya cukup memandang pujaan hatinya dari kejauhan saja, Ami pun mengikuti kegiatan-kegiatan yang juga diikuti oleh Nimo seperti kegiatan menjadi satuan keamanan di sekolah. Meskipun untuk menjadi anggota kegiatan itu Ami harus berjuang dengan keras dan tidak jarang mengorbankan kesehatannya karena memang kegiatan itu benar-benar merupakan kegiatan fisik. Selain itu, hal yang tidak boleh ketinggalan adalah mencari kabar terbaru Nimo, siapa pacarnya, kapan tanggal ulang tahunnya, dan di mana Nimo akan melanjutkan studinya.
      Meskipun akhirnya Ami satu kampus dengan Nimo, namun dia sama sekali tidak bisa dekat dan menjadi seseorang yang spesial bagi Nimo. Padahal Nimo selama ini cukup sering bergonta-ganti pacar dan Ami juga sempat memiliki pacar, namun cinta Ami pada Nimo tidak pernah berubah. Dia tetap ingin selalu berada dekat dengan Nimo. Hingga Ami memilih perusahaan yang sama dengan perusahaan tempat Nimo bekerja. Tapi sayangnya ternyata Nimo ditempatkan di luar negeri sedangkan Ami ditempatkan di luar pulau Jawa yang membuatnya sangat bosan menjalani hari-hari bekerja di tempat itu. Saat bekerja di tempat membosankan itulah Ami bertemu dengan Raka, jurnalis muda yang kariernya cukup cemerlang. Raka ini yang akhirnya menjadi calon suami Ami, Ami begitu nyaman dengan sikap Raka yang sangat dewasa. Ketika hari pertunangannya dengan Raka semakin dekat, tiba-tiba hal yang mengguncangnya dan mengguncang hubungannya dengan Raka terjadi. Nimo datang kepada Ami! Tidak, kedatangan Nimo bukan kedatangan yang biasa. Ada yang aneh dengan Nimo yang tidak biasanya menghubungi Ami kini semakin sering menghubungi Ami. Ami tidak habis pikir dengan sikap Nimo itu, begitu juga dengan Raka yang tidak menyangka bahwa ternyata perjalanan cintanya yang hampir menjelang kebahagiaan ini tidak berjalan dengan mulus.

     Dari novel ini selain kita bisa membaca kisah cinta remaja, kita juga bisa mengetahui gaya hidup remaja yang dijadikan tokoh dalam novel ini. Dituturkan dengan bahasa "gaul" membuat novel ini pas karena menggambarkan tokoh-tokoh yang menganut kehidupan yang "agak bebas".  Seperti contohnya ketika Ami tidak malu mengakui bahwa dalam keseharian dia adalah seorang perokok pada Ibu Raka yang merupakan  perempuan tua asli Jawa. Selain itu, tokoh Nimo ketika dewasa juga digambarkan sebagai "playboy" yang selalu melakukan petualangan cinta.
     Meskipun banyak yang mengatakan bahwa novel ini "luar biasa", namun menurut Saya cerita yang disampaikan pada novel ini adalah cerita yang telah banyak Saya dengar di luar novel ini sehingga ketika Saya membacanya tidak ada rasa keterkejutan atau emosi yang serasa dipermainkan. Terasa datar dan akhir ceritanya mudah ditebak. Namun, jalan ceritanya cukup menghibur dan kadang membuat Saya "tersenyum-senyum" sendiri ketika membaca beberapa bagian dari buku ini. Tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan novel "best seller" ini.

Tuesday, 17 June 2014

Resensi Buku "Kappa"

Judul  : Kappa  
Penulis : Ryunosuke Akutagawa  
Genre  : Fiksi  
Penerbit : Interbook, KPP (Kelompok Penerbit Pinus)  
Cetakan : VII, Agustus 2009 



 
        Seorang laki-laki ketika sedang berjalan di gunung menjumpai Kappa, makhluk mistis yang sering diperbincangkan orang-orang. Makhluk yang dia temui itu juga sangat mirip ciri-cirinya dengan yang sering digambarkan masyarakat. Laki-laki tersebut berniat menangkap Kappa itu tapi justru dia terjerembab dan kemudian pingsan. Laki-laki itu kemudian dibawa oleh serombongan Kappa ke dalam dunia Kappa. Ketika sadar, laki-laki itu sudah berada di antara para Kappa.    
       Kappa adalah makluk yang bentuknya mirip dengan katak, mereka juga merupakan makhluk amphibi. Ternyata Kappa mempunyai kehidupan yang mirip dengan kehidupan manusia. Mereka menikah, ada dokter, seniman, dan kapitalis yang hidup di antara mereka. Kehidupan dalam dunia Kappa ini sebenarnya adalah sebuah sindiran.    
       Setelah sekian lama hidup dalam dunia Kappa, laki-laki itu dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan para Kappa. Dia ikut berdiskusi dan juga sering pergi bersama para Kappa. Namun akhirnya pada suatu saat ketika salah satu teman Kappa nya bunuh diri, laki-laki itu tidak tahan lagi untuk hidup di dunia Kappa. Dia muak dengan kehidupan sosial para Kappa. Diapun memutuskan untuk kembali ke dunia manusia. Tapi ternyata ketika sudah berada di dunia manusia lagi, dia mulai merindukan dunia Kappa, dia juga mrindukan teman-teman Kappanya. Setiap hari dia merasa selalu ada Kappa yang datang untuk mengunjunginya.  
       Kisah dalam novel ini diceritakan melalui sudut pandang orang gila yang menghuni kamar no. 23 di sebuah rumah sakit jiwa di..... Prolog dari novel ini saja sudah “mengerikan”, ternyata isi di dalam novel ini pun tidak kalah “mengerikannya”. Bahkan penulisnya bunuh diri tidak lama setelah menyelesaikan pembuatan novel ini.   
     Kappa  merupakan cerita satire dari Jepang. Penulis menggunakan mitos tentang makhluk “Kappa”  untuk menggambarkan keadaan sosial di lingkungannya. Penulis menceritakan kehidupan Kappa untuk menyindir kehidupan sosial pada masyarakat yang sebenarnya. Cerita mengenai Kappa betina yang selalu mengejar-ngejar Kappa jantan hingga Kappa jantan merasa tersiksa, cerita tentang kapitalis, penyair, dan polisi merupakan beberapa bagian yang merupakan kritik penulis. Novel yang telah mendapat berbagai penghargaan ini adalah novel yang singkat. Bukunyapun tipis, hanya 105 halaman, sedangkan sisanya halaman berikutnya adalah cerita mengenai riwayat hidup dari sang penulis   

Sunday, 20 April 2014

Resensi Buku 9 Summers 10 Autumns

Judul : 9 Summers 10 Autumns
Penulis : Iwan Setyawan
Genre : Novel, Fiksi
Tahun : Cetakan kesepuluh, Januari 2013
Penerbit : Kompas Gramedia


            Aku berasal dari keluarga yang sederhana, ayahku hanyalah seorang sopir angkot, sedangkan orang tuaku harus menanggung lima orang anak. Dengan adanya keterbatasan itu aku selalu berusaha melakukan yang terbaik. Dengan usaha kerasanya, kakak-kakakku yang semuanya perempuan itu menjadi siswi-siswi yang pintar di sekolahnya, begitu juga dengan adik perempuanku. Kelak, semua saudaraku itu akhirnya dapat hidup dengan sukses dan bahagia.
            Selama hidupku aku tak pernah menyerah, aku selalu berusaha belajar dengan giat hingga akhirnya aku dapat bersekolah di SMP, SMA, dan perguruan tinggi favorit. Setelah lulus dari kuliah, aku bekerja di sebuah perusahaan dan sempat berpindah perusahaan juga. Dari sinilah aku akhirnya dapat pergi bahkan tinggal dan bekerja di New York, Amerika Serikat. Selama bekerja di New York, aku sudah dapat mengirimi orang tuaku hasil jerih payahku, aku ingin sekali membalas jasa mereka. Namun, kadang aku dihinggapi rindu tanah air, aku sering mengisi waktu luangku dengan berlatih yoga dan berbincang dengan seorang anak laki-laki yang memakai seragam SD merah-putih. Aku selalu menceritakan padanya bagaimana perjalanan hidupku hingga aku bisa sampai di New York. Dari sinilah aku mengobati rasa rinduku.”

            Mungkin begitulah ringkasan novel 9 Summers 10 Autumns versi Saya. Novel ini menceritakan perjalanan seorang laki-laki yang berasal dari Batu, Malang, Jawa Timur yang berjuang agar mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya termasuk pendidikan. Kebulatan tekadnya itu yang membuatnya menjadi siswa yang pandai, dia selalu berhasil masuk di sekolah yang favorit. Hingga perjuangan itu berujung pada diterimanya bekerja pada perusahaan di New York.
          Membaca novel ini membuat rasa semangat belajar terpacu kembali. Novel ini merupakan novel motivasi yang terinspirasi dari kisah nyata penulis. Cukup banyak novel yang serupa dengan novel ini, namun novel yang sudah difilmkan ini lebih populer dari novel lainnya karena mempunyai kekhasan tersendiri yaitu dengan setting yang kental antara Batu-New York, dan perjuangannya yang tidak pernah usai serta membuahkan hasil yang cukup memuaskan. Dengan ini pembaca menjadi termotivasi sehingga tidak memandang pesimis hidupnya. Hal ini terbukti dengan dicetaknya novel ini berkali-kali, bahkan novel yang saya baca ini sudah merupakan cetakan kesepuluhnya.
            Namun, novel ini terkesan “terlalu aman” atau “terlalu sopan”. Seolah seluruh perjuangan tokoh benar-benar berbuah manis. Tokoh dan keluarganya pada akhirnya selalu mencapai kesuksesan sehingga jalan cerita menjadi mudah ditebak. Penulis kurang memasukkan konflik yang membuat “greget” sehingga membaca novel ini seakan datar-datar saja karena jalan ceritanya terlalu mulus. Novel ini mirip sebuah catatan perjalanan hidup dari penulis sehingga kurang bisa memainkan emosi pembaca. Apalagi kehadiran bocah laki-laki yang memakai seragam SD tidak dijelaskan dari mana asal usulnya. Apakah itu hanya bayangan dari sang tokoh utama, atau merupakan seorang anak yang “real”. Dalam novel ini memang tidak dijelaskan, tetapi Saya tidak tahu bagaimana jika di filmnya karena saya belum pernah menonton film tersebut.
            Meskipun begitu, novel ini memang layak untuk dibaca. Bagi yang sedang “down” atau butuh motivasi, novel ini cukup ringan dibaca dengan tema yang familiar bagi kita sehingga cocok dibaca untuk meningkatkan semangat. Jalan ceritanya yang menggambarkan contoh kehidupan baik pantas untuk menjadi koleksi novel bermutu di rak buku kita.


Wednesday, 16 April 2014

Resensi Buku Ketika Mas Gagah Pergi




Judul                :  Ketika Mas Gagah Pergi
Penulis             :  Helvy Tiana Rosa
Penerbit           :  AsmaNadia Publishing House
Tahun              :  2011
Halaman          :  x+245 halaman

Sebenarnya saya sudah lama membaca cerpen helvy tiana rosa yang berjudul “Ketika Mas Gagah Pergi”. Saat masih SMA dulu, saat saya kuliah, cerpen ini kembali booming dengan dibikin buku. Awalnya saya mengira buku ini adalah cerpen yang dijadikan novel. Ternyata buku ini merupakan kumpulan cerpen dari Helvy Tiana Rosa yang lain, selain cerpen Ketika Mas Gagah Pergi. Memang cerpen ini kemudian dibuat lebih panjang dari cerpen yang saya baca dulu. Judulnya pun ada tambahannya : Ketika Mas Gagah Pergi dan Kembali...
Dulu ketika saya membaca cerpen ini, memang cerpen ini adalah cerpen yang sangat menggugah terutama untuk remaja. Begitu juga dengan membaca buku ini, saya seperti melihat sisi kehidupan lain yang belum pernah saya lihat sebelumnya.
Mas Gagah yang dulunya merupakan orang yang asik bagi adiknya Gita kini berubah menjadi pendiam dan aneh. Mas Gagah nampak lebih islami, hal ini tentu saja sangat aneh di mata Gita yang tomboy san berpenampilan cuek. Ternyata Mas Gagah telah berbuat banyak untuk orang-orang di sekitarnya seperti membantu anak-anak dan menyumbang alat-alat belajar. Membuat preman-preman tobat, dan sering mengisi seminar dan diskusi. Akhirnya Gita menjadi tergugah hatinya dan ingin berjilbab. Ketika menjelang hari ulang tahunnya, Gita ingin mengenakan jilbab dan ingin menunjukkannya pada Mas Gagah, namun sayang Mas Gagah tidak pulang ke rumah, dia meninggal...
Tidak hanya serita Ketika Mas Gagah pergi yang sangat menggugah, namun semua cerpen yang ada di buku ini membuat hati Saya baca tiap membacanya. Seperti cerpen “Selamanya Cinta”. Namun yang agak membuat Saya sedikit bosan, kebanyakan cerita ini mengedepankan kematian, sehingga agak mudah ditebak. Namun ada beberapa yang tidak menceritakan kematian. Memang dengan kisah toko yang dibuat tragis (atau bahkan sangat tragis) akan membuat pembaca sangat terbawa perasaan sedih. Namun jika hal ini diterapkan dalam buku yang isinya kumpulan cerpen, saya rasa jadi agak membosankan. Namun buku ini memang lain. Saya tidak menyesal mebaca buku ini, saya jadi tahu ternyata banyak orang-orang yang menderita, dan mengasah kepekaan sosial saya. Membaca buku ini seperti menemukan air karena akhir-akhir ini saya jarang membaca novel islami namun tetap asyik, realistis dan menggugah hati.