Monday, 23 February 2015

Resensi Buku Tuhan Maha Romantis



Judul buku : Tuhan Maha Romantis
Penulis : Azhar Nurun Ala
Penerbit : Azharologia, Lampu Djalan
Tahun Terbit : 2014
Cetakan : Pertama, Februari 2014
Tebal : 251 halaman



(Foto diambil dari blog azharologia.com)


         Rijal Rafsanjani, seorang mahasiswa baru di Universitas Indonesia jatuh cinta pada kakak angkatannya sejak pandangan pertama. Dia melihat sosok yang istimewa dari Annisa Larasaty yang ternyata dalam kesehariannya menjadi dekat dengan Rijal. Berawal dari minta dilatih untuk membaca puisi, akhirnya Rijal dan Laras semakin akrab. Namun, keakraban mereka masih dalam batas pertemenan biasa. Bahkan, Laras adalah tipe perempuan yang tidak mau bersalaman dengan laki-laki yang bukan mahramnya.
            Tak disadari, Laras menjadi sumber inspirasi Rijal untuk menulis. Rijalpun bertekad akan menghindari Laras supaya rasa cintanya tidak semakin menjadi-jadi. Namun, di balik sikap penghindarannya, Rijal mempunyai rencana yang besar untuk Laras. Rencana yang akan dilakukannya ketika Laras wisuda nantinya. Namun, ternyata rencana ini tidak berjalan dengan mulus ketika ada suatu kejadian yang menimpa Laras dan keluarganya secara tiba-tiba.
            Rijal yang memiliki latar belakang keluarga taat beragama, sederhana, dan bahagia ini menggambarkan sosok anak laki-laki yang berbakti pada orang tuanya. Belum lagi sikap Rijal yang selalu mengagungkan sosok ayahnya, setiap tindakan yang dia ambilpun berdasarkan apa yang dipesankan oleh ayahnya. Sosok seperti Rijal ini sepertinya sekarang bisa dibilang cukup langka, mengingat dia adalah pemuda yang sedang kuliah di ibu kota.
            Tuhan Maha Romantis atau yang biasa disebut TMR merupakan karya kedua dari Azhar Nurun Ala, menggambarkan perjuangan laki-laki untuk bisa menikahi seorang gadis yang sangat dicintainya. Entah kenapa novel ini lebih terasa seperti puisi yang dibuat narasi. Tidak heran, karena buku penulis yang pertama memang berisi kumpulan puisi dan sajak. Untuk ukuran novel, konflik yang ditampilkan hanya sebatas pengejaran cinta Rijal terhadap Laras, dan konflik batin ketika Rijal harus menolak untuk menikahi Aira, perempuan yang akhirnya dilamarnya ketika Laras pergi tanpa kabar selama satu tahun.
            Berbeda dengan tokoh Fahri dalam Novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy yang memilih tidak membatalkan pernikahannya meskipun ada perempuan lain yang sebelumnya pernah dicintainya, Rijal lebih memilih untuk mengejar Laras dan membatalkan pernikahannya dengan Aira yang hanya kurang dari dua hari lagi akan diadakan.
            Dengan membaca novel ini, kita akan tahu bagaimana kehidupan mahasiswa di Universitas Indonesia, karena sebagian besar settingnya memang ada di UI. Namun mungkin sepertinya cerita ini akan lebih menarik jika ditambah dengan konflik selama ada di kampus, dan detail yang lebih banyak. Misalnya seperti mengapa Rijal lebih mempertahankan cintanya pada perempuan yang merupakan kakak angkatannya, bisa saja penulis di sini menyusupkan cerita hubungan Rijal dengan teman seangkatannya. Atau ada teman seangkatan Rijal yang diam-diam menaruh hati pada Rijal. Memang untuk ukuran novel yang hanya terdiri dari 251 halaman seperti ini, akan susah untuk memasukkan konflik atau detail yang lebih banyak.
            Isi novel mudah ditebak begitu di bagian belakang novel langsung tertera bagaimana “ending” dari cerita ini. Namun, tetap saja membaca bagian yang puitis dari cerita TMR adalah hal yang menyenangkan. Misalnya pada bagian ini :
“Mencintai itu, bukan cuma soal rasa suka atau ketertarikan. Bukan cuma soal kekaguman. Lebih dari itu, mencintai itu sebuah keputusan. Keputusan besar."

Penulis sepertinya memang belum bisa lepas dari buku pertamanya, banyak kalimat dari buku pertama yang juga masuk dalam novel ini. Terutama kalimat puitis yang biasanya menjadi pembuka bab dalam novel atau ketika tokoh utama sedang mengalami konflik batin. Seperti buku pertama penulis yang saya kira adalah pengalaman penulis sendiri, buku ini juga saya pikir adalah pengalaman pribadi penulis atau yang biasa dikenal dengan “based on true story”. Membaca “Tuhan Maha Romantis” seperti membaca tulisan perjalanan hidup seseorang (perjalanan hidup penulis buku ini).
Bagi yang masih meragukan adanya cinta sejati, bacalah buku ini. Kita akan melihat bahwa perjuangan menggapai cinta sejati itu benar-benar ada karena seperti yang Saya tulis tadi, novel ini mirip dengan kisah hidup sang penulis.