Saturday, 29 April 2017

Resensi Novel Dilan Bagian Kedua - Pidi Baiq


Judul          : Dilan Bagian Kedua : Dia Adalah Dilanku Tahun 1991
Penulis       : Pidi Baiq
Penerbit     : Paste Books
Cetakan II : Agustus 2015
Halaman    : 344 Halaman


Dilan, dia adalah Dilanku Tahun 1991.

Asal kamunya tetep ada di bumi. Udah cukup, udah bikin aku seneng. -Dilan.

Kalau aku jadi presiden yang harus mencintai seluruh rakyatnya, aduh, maaf aku pasti tidak bisa karena aku cuma suka Milea. -Dilan

Setelah sukses dengan novel Dilan yang pertama, Pidi Baiq kembali mengeluarkan novel bagian kedua. Meskipun 'Dilan' bukan buku pertama karya Pidi Baiq, tapi novel ini yang kemudian menggegerkan bukan hanya kalangan remaja tapi bahkan sampai penggemar sastra klasik. Apalagi tokoh Dilan yang mampu membuat pembacanya berteriak-teriak histeris. Entah kenapa membaca Dilan bagian pertama bisa selalu membuat senyum tersungging di wajah, mampu membuat hati bahagia karena ikut merasakan keasyikan dunia remaja yang ada pada novel ini.

Sebagai penggemar berat Dilan bagian pertama, tentu Dilan bagian kedua ini akan membuat hati senang karena akhirnya kisah Dilan belum usai, kita semua masih bisa menikmati perjalanan Dilan dan Milea. Namun sepertinya, pada novel kedua ini pula pembaca harus berbesar hati menerima 'ending cerita' yang mungkin bisa menyesakkan dada.

Dilan dan Milea adalah remaja di sebuah sekolah di Bandung. Yang membuat menarik adalah cara 'pedekate' Dilan terhadap Milea yang unik, di novel bagian kedua ini akhirnya Dilan dan Milea jadian di warung Bi Eem dengan menggunakan surat perjanjian jadian bermaterai -_- dan lebih banyak diceritakan masa-masa mereka pacaran yang meskipun asik tapi ternyata banyak menjumpai masalah, tidak seperti di bagian pertama novel Dilan yang terkesan lebih ceria.

Dilan yang masih jadi cowok bandel tapi pinter ini semakin larut dalam geng motornya. Lia, panggilan si Milea mulai menasihati Dilan supaya tidak terlalu bandel lagi , tapi jawaban Dilan hanya : 'Kamu pikir bandel itu gampang? Susah. Harus tanggung jawab sama yang dia udah perbuat.'
Kata-kata Dilan ini masih bisa diterima oleh Lia, Lia juga semakin cinta dengan Dilan karena dia bisa mengubah pemikiran Lia dan menjadikan hidup Lia semakin asik. Ketika Dilan mengucapkan kata-kata lucu, Lia sering tertawa dan lebih sering tersenyum. Betapa bahagia itu sederhana ketika melihat Dilan bisa membahagian Lia dengan candaan jahilnya dan dengan jalan-jalan menggunakan motor Dilan.

Tapi, Lia yang sejak dulu sudah banyak disukai dan didekati oleh banyak cowok dan Dilan yang terus menerus terkena masalah membuat hubungan mereka semakin rumit. Lia yang tidak ingin Dilan terlibat masalah, Dilan yang tidak ingin kebebasannya dikekang membuat mereka berdua harus mengambil sebuah keputusan. Konflik demi konflik dialami Lia dan Dilan sampai Dilan sempat masuk dalam tahanan, beberapa orang baru mulai hadir di kehidupan Lia seperti Yugo. Suatu ketika, teman Dilan bernama Akew terbunuh, Dilan sebagai seorang sahabat harus ikut membalas dendam. Lia yang sebenarnya sangat menyayangi Dilan terpaksa pura-pura memutuskan Dilan supaya Dilan tidak melakukan hal-hal berbahaya lagi. Tapi apa yang sudah dikatakan Lia ternyata berakibat fata. Ending cerita dari Dilan bagian kedua ini sebenarnya sudah bisa ditebak, tapi cara penyampaian ceritanya yang ternyata tidak terduga. Dari sini Lia dan Dilan, dan juga para pembaca bisa memahami kata-kata yang tertulis pada bagian sampul buku : 'Tujuan pacaran adalah untuk putus. Bisa karena menikah, bisa karena berpisah.'

Sunday, 16 April 2017

Resensi Buku (Novel) The Architecture of Love - Ika Natassa






The Architecture of Love, Sebuah Rancang Bangun Cinta

Dari pertama melihat sampul novel ini sebenarnya sangaat menarik, berbeda dengan sampul novel lainnya, kali ini gambarnya adalah sketsa kota New York yang berwarna, cocok dengan judul novelnya : The Architecture of Love. Sebenarnya kalau sudah suka dengan salah satu novel karya Ika Natassa pasti tidak akan ragu membeli novel lainnya, karena bisa dikatakan karya Ika Natassa memiliki ciri khas yang membuat satu karya dengan karya lainnya terlihat mirip. Hal itu justru yang membuat saya menunda untuk membeli buku karangan Ika Natassa yang satu ini, tapi akhirnya saya luluh juga karena ingin membaca buku tentang arsitektur tapi yang tidak terlalu berat, dan akhirnya buku ini saya beli juga ketika saya menyempatkan diri jalan-jalan ke toko buku sebelum pergi ke bandara terminal.
Baik, mari sekarang kita bahas mengenai novel metropop ini. Dari judulnya saja terlihat romantis, The Architecture of Love, Arsitektur Cinta. Widih, bagaimana itu, arsitektur dari sebuah cinta, kata yang bahkan seorang filsufpun susah untuk mendefinisikannya. Ternyata yang dimaksud di sini adalah mengenai kisah percintaan dua orang manusia yang sedang tinggal di New York bernama Raia dan River. Raia, seorang penulis yang mengalami writer's block atau kebuntuan dalam menulis ini memutuskan untuk pergi ke New York dengan tujuan mencari ide dan menghilangkan kebuntuannya dalam menulis yang sudah dia alami hampir dua tahun. Cari ide menulis sampai ke New York, bayangkan. Kalau saya paling beli es krim lima ribuan biar bisa nulis lagi. Abaikan.

Nah, di New York itulah dia bertemu dengan River, laki-laki penuh misteri yang akhirnya membuat Raya bisa lebih menikmati kota New York nantinya. River ini adalah tipe laki-laki yang cool, kenapa di novel-novel laki-laki tokoh protagonisnya kebanyakan adalah laki-laki cool? Yaa mungkin kalau yang digambarkan laki-laki genit suka caper di medsos auranya langsung bubar kali ya. River adalah seorang arsitek di Jakarta, sedangkan Raia adalah penulis best seller yang juga tinggal di Jakarta. Raia dan River sama-sama menyimpan rahasia kehidupan yang membuat mereka seakan putus asa. Namun, ketika mereka berdua bertemu di New York, mereka seperti saling menemukan kebahagiaan kembali. River mampu menunjukkan hal-hal menarik selama di New York, tidak lain dan tidak bukan mengenai berbagai arsitektur bangunan yang ada di kota itu. Lambat laun Raia mulai menemukan semangat kembali untuk menulis dengan adanya River yang sering menghambiskan waktu dengannya untuk menjelajah New York, Raia akan menulis cerita sedangkan River akan membuat sketsa apapun yang menarik perhatiannya terutama bangunan-bangunan yang sedang mereka kunjungi.

Dan yang terjadi jika sudah ada laki-laki dan perempuan yang bersama-sama dalam jangka waktu cukup lama adalah jatuh cinta. Raia dan River mulai jatuh cinta satu sama lain, tapi cinta yang mereka jalani tidak semudah itu. Rahasia hidup yang mereka milikilah yang membuat tembok di antara cinta mereka. Rahasia hidup seperti apakah itu? Pasti akan lebih menarik jika teman-teman membacanya langsung di novelnya. 

Sebenarnya untuk novel Ika Natassa kali ini agak biasa dibanding dengan A Verry Yuppy Wedding dan Critical Eleven, ini menurut saya lho yaaa. Jadi jalan ceritanya mudah ditebak, mungkin karena cerita ini dulunya adalah cerita bersambung di Twitter sehingga polling pembaca akan mempengaruhi jalan cerita ini. Tapi, sejak awal saya mengira sosok River ini mirip salah satu sosok selebriti Indonesia, dan ternyata di akhir buku Ika Natassa menyebutkan aktor tersebut yang menginspirasinya dalam tokoh River. Yang unik dalam novel ini adalah keterkaitannya dengan novel Critical Eleven, bagi yang sudah membaca Critical Eleven pasti masih melekat cerita antara Anya dan Ale. Raia memiliki nama belakang Risjad yang mana mengingatkan saya pada Aldebran Risjad alias Ale si tokoh utama dalam Critical Eleven, tapi saat itu saya tidak terlalu memikirkan kemiripan nama itu. Mungkin si penulis memang suka menggunakan nama Risjad. Tapi, di bagian akhir novel, surprise! Ternyata Raia Risjad memang masih memiliki hubungan kerabat dengan Ale Risjad. Di sini diceritakan pernikahan Harris yang ketika di novel Critical Eleven baru diceritakan proses lamarannya. Diceritakan pula anak Ale dan Anya yang telah lahir dan menjadi penyatu antara Ale dan Anya. Nah untuk ending antara Raia dan River sepertinya memang harus membaca sendiri supaya bisa menyimpulkan sendiri juga, yang jelas akan ada banyak surprise di dalam novel ini.

Overall, lumayan menghibur membaca The Architecture of Love, saya jadi mendapat ilmu seputar dunia aristektur dan terutama menambah wawasan saya mengenai kota New York. Tapi untuk kisah cintanya, sepertinya kurang mendebarkan seperti di novel sebelumnya. At least, karya Ika Natassa tetap salah satu yang akan terus saya tunggu-tunggu kehadirannya.

Sunday, 9 April 2017

Resensi Buku (Novel) 'Tentang Kamu' Karya Tere Liye



Ketika melihat sampul novel berjudul Tentang Kamu ini, hal pertama yang terlintas di benak saya adala : tidak nyambung. Apa hubungannya novel romantis dengan gambar sepatu tua? Kemudia saya meragukan, apakah novel ini akan jadi saya beli atau tidak. Namun, untuk yang pernah membaca novel Tere Liye, tentu tidak aka meragukan lagi kualitas tulisan dari Tere Liye. Maka saya tidak jadi ragu, saya justru berfikiran kalau novel ini pasti tidak se-mainstream yang dikira orang-orang, jangan-jangan novel ini bukan novel roman percintaan meskipun judulnya mengisyaratkan hal itu.

Mulailah pengembaraan membaca saya dimulai. Cerita diawali dengan perjuangan seorang pengacara muda yang tinggal di London namun ternyata berasal dari Indonesia dalam menuntaskan misteri mengenai menemukan ahli waris dari perempuan kaya asal Indonesia yang baru saja meninggal. Meskipun kekayaannya sangat besar, namun nama perempuan itu tidak pernah terdengar sehingga menjadi perjuangan sendiri untuk menelusuri jejak kehidupan perempuan kaya yang bernama Sri Ningsih itu. Akhirnya perjuangan sang pengacara muda membawa kita pada cerita kehidupan Sri Ningsih yang sangat menarik, cerita utama sebenarnya dari novel ini. Benar saja, ternyata ini bukan novel mengenai percintaan biasa, ini adalah kisah mengenai perjuangan, lika-liku hidup, dan indahnya jalan takdir seorang perempuan yang bahkan tidak pernah diperhitungkan oleh siapapun sebelumnya. Salah satu hal yang saya suka dari tokoh-tokoh novel yang ditulis oleh Tere Liye adalah karakteristiknya. Jika di novel lain tokoh utamanya adalah perempuan/laki-laki yang memiliki kesempurnaan fisik baik itu cantik maupun tampan, Tere Liye tidak ragu untuk menggambarkan bahwa tokoh utamanya adalah orang yang biasa saja, bahkan cenderung tidak menarik bagi pandangan masyarakat umum. Tokoh utama di novel Tere Liye memiliki kekuatan karakter saat dia sudah berhasil dalam perjuangannya, fisik yang menarik bukan lagi menjadi fokus utama.

Sri Ningsih, gadis yang tumbuh di sebuah pulau kecil bersama ayah dan ibunya, namun malang ibu Sri Ningsih kemudian meninggal. Ayah Sri Ningsih menikah lagi dengan seorang gadis, dari sinilah kemalangan hidup Sri Ningsih dimulai. Awalnya ibu tirinya itu sangat menyayanginya, namun lalu Ayah Sri meninggal, dia dianggap sebagai anak pembawa bencana. Hidup Sri yang sudah tidak karuan itu kemudian membawanya tinggal di Jawa bersama adik hasil dari pernikahan Ayahnya dengan ibu tirinya. Ibu tiri Sri yang sudah membuat hidup Sri selama bertahun-tahun tersiksa itu meninggal di rumahnya sendiri akibat kebakaran. Ketika tinggal di Jawa, Sri mengalami pengalaman hidup yang luar biasa, bahkan ia juga mengalami peristiwa '65 yang membuat ia dikejar keanehan selama bertahun-tahun sampai ia meninggal di dunia nantinya di Paris.

Sri hidup merantau ke Jakarta setelah peristiwa '65. Di bagian inilah saya rasa cerita Sri tidak hanya mengandung motivasi namun juga memuat pelajaran berbisnis. Sri diceritakan berhasil merintis usaha berjualannya, hingga perjalanannya menjadi pengusaha yang naik turun. Tidak melulu mengenai perjuangan hidup, novel ini juga menceritakan kisah romantis antara perjumpaan Sri dengan laki-laki yang kelak menjadi suaminya. Fisik Sri yang tidak terlalu menarik (menurut standar industri kecantikan), membuat kisah cinta ini tidak seperti kisah cinta pada umumnya. Petualangan Sri juga berlanjut ketika ia tinggal di Inggris, hingga pindah ke Perancis. Kita benar-benar akan menikmati setting tempat yang berbeda-beda ini.
Saya puas membaca novel Tentang Kamu, isinya yang 'kaya; membuat kita tidak bosan mengikuti alur isinya. Membuat kita mengubah definisi bahwa romantis tidak hanya tentang cinta. Bahwa cinta tidak hanya berisi hal-hal yang manis.