Sunday, 20 April 2014

Resensi Buku 9 Summers 10 Autumns

Judul : 9 Summers 10 Autumns
Penulis : Iwan Setyawan
Genre : Novel, Fiksi
Tahun : Cetakan kesepuluh, Januari 2013
Penerbit : Kompas Gramedia


            Aku berasal dari keluarga yang sederhana, ayahku hanyalah seorang sopir angkot, sedangkan orang tuaku harus menanggung lima orang anak. Dengan adanya keterbatasan itu aku selalu berusaha melakukan yang terbaik. Dengan usaha kerasanya, kakak-kakakku yang semuanya perempuan itu menjadi siswi-siswi yang pintar di sekolahnya, begitu juga dengan adik perempuanku. Kelak, semua saudaraku itu akhirnya dapat hidup dengan sukses dan bahagia.
            Selama hidupku aku tak pernah menyerah, aku selalu berusaha belajar dengan giat hingga akhirnya aku dapat bersekolah di SMP, SMA, dan perguruan tinggi favorit. Setelah lulus dari kuliah, aku bekerja di sebuah perusahaan dan sempat berpindah perusahaan juga. Dari sinilah aku akhirnya dapat pergi bahkan tinggal dan bekerja di New York, Amerika Serikat. Selama bekerja di New York, aku sudah dapat mengirimi orang tuaku hasil jerih payahku, aku ingin sekali membalas jasa mereka. Namun, kadang aku dihinggapi rindu tanah air, aku sering mengisi waktu luangku dengan berlatih yoga dan berbincang dengan seorang anak laki-laki yang memakai seragam SD merah-putih. Aku selalu menceritakan padanya bagaimana perjalanan hidupku hingga aku bisa sampai di New York. Dari sinilah aku mengobati rasa rinduku.”

            Mungkin begitulah ringkasan novel 9 Summers 10 Autumns versi Saya. Novel ini menceritakan perjalanan seorang laki-laki yang berasal dari Batu, Malang, Jawa Timur yang berjuang agar mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya termasuk pendidikan. Kebulatan tekadnya itu yang membuatnya menjadi siswa yang pandai, dia selalu berhasil masuk di sekolah yang favorit. Hingga perjuangan itu berujung pada diterimanya bekerja pada perusahaan di New York.
          Membaca novel ini membuat rasa semangat belajar terpacu kembali. Novel ini merupakan novel motivasi yang terinspirasi dari kisah nyata penulis. Cukup banyak novel yang serupa dengan novel ini, namun novel yang sudah difilmkan ini lebih populer dari novel lainnya karena mempunyai kekhasan tersendiri yaitu dengan setting yang kental antara Batu-New York, dan perjuangannya yang tidak pernah usai serta membuahkan hasil yang cukup memuaskan. Dengan ini pembaca menjadi termotivasi sehingga tidak memandang pesimis hidupnya. Hal ini terbukti dengan dicetaknya novel ini berkali-kali, bahkan novel yang saya baca ini sudah merupakan cetakan kesepuluhnya.
            Namun, novel ini terkesan “terlalu aman” atau “terlalu sopan”. Seolah seluruh perjuangan tokoh benar-benar berbuah manis. Tokoh dan keluarganya pada akhirnya selalu mencapai kesuksesan sehingga jalan cerita menjadi mudah ditebak. Penulis kurang memasukkan konflik yang membuat “greget” sehingga membaca novel ini seakan datar-datar saja karena jalan ceritanya terlalu mulus. Novel ini mirip sebuah catatan perjalanan hidup dari penulis sehingga kurang bisa memainkan emosi pembaca. Apalagi kehadiran bocah laki-laki yang memakai seragam SD tidak dijelaskan dari mana asal usulnya. Apakah itu hanya bayangan dari sang tokoh utama, atau merupakan seorang anak yang “real”. Dalam novel ini memang tidak dijelaskan, tetapi Saya tidak tahu bagaimana jika di filmnya karena saya belum pernah menonton film tersebut.
            Meskipun begitu, novel ini memang layak untuk dibaca. Bagi yang sedang “down” atau butuh motivasi, novel ini cukup ringan dibaca dengan tema yang familiar bagi kita sehingga cocok dibaca untuk meningkatkan semangat. Jalan ceritanya yang menggambarkan contoh kehidupan baik pantas untuk menjadi koleksi novel bermutu di rak buku kita.


Wednesday, 16 April 2014

Resensi Buku Ketika Mas Gagah Pergi




Judul                :  Ketika Mas Gagah Pergi
Penulis             :  Helvy Tiana Rosa
Penerbit           :  AsmaNadia Publishing House
Tahun              :  2011
Halaman          :  x+245 halaman

Sebenarnya saya sudah lama membaca cerpen helvy tiana rosa yang berjudul “Ketika Mas Gagah Pergi”. Saat masih SMA dulu, saat saya kuliah, cerpen ini kembali booming dengan dibikin buku. Awalnya saya mengira buku ini adalah cerpen yang dijadikan novel. Ternyata buku ini merupakan kumpulan cerpen dari Helvy Tiana Rosa yang lain, selain cerpen Ketika Mas Gagah Pergi. Memang cerpen ini kemudian dibuat lebih panjang dari cerpen yang saya baca dulu. Judulnya pun ada tambahannya : Ketika Mas Gagah Pergi dan Kembali...
Dulu ketika saya membaca cerpen ini, memang cerpen ini adalah cerpen yang sangat menggugah terutama untuk remaja. Begitu juga dengan membaca buku ini, saya seperti melihat sisi kehidupan lain yang belum pernah saya lihat sebelumnya.
Mas Gagah yang dulunya merupakan orang yang asik bagi adiknya Gita kini berubah menjadi pendiam dan aneh. Mas Gagah nampak lebih islami, hal ini tentu saja sangat aneh di mata Gita yang tomboy san berpenampilan cuek. Ternyata Mas Gagah telah berbuat banyak untuk orang-orang di sekitarnya seperti membantu anak-anak dan menyumbang alat-alat belajar. Membuat preman-preman tobat, dan sering mengisi seminar dan diskusi. Akhirnya Gita menjadi tergugah hatinya dan ingin berjilbab. Ketika menjelang hari ulang tahunnya, Gita ingin mengenakan jilbab dan ingin menunjukkannya pada Mas Gagah, namun sayang Mas Gagah tidak pulang ke rumah, dia meninggal...
Tidak hanya serita Ketika Mas Gagah pergi yang sangat menggugah, namun semua cerpen yang ada di buku ini membuat hati Saya baca tiap membacanya. Seperti cerpen “Selamanya Cinta”. Namun yang agak membuat Saya sedikit bosan, kebanyakan cerita ini mengedepankan kematian, sehingga agak mudah ditebak. Namun ada beberapa yang tidak menceritakan kematian. Memang dengan kisah toko yang dibuat tragis (atau bahkan sangat tragis) akan membuat pembaca sangat terbawa perasaan sedih. Namun jika hal ini diterapkan dalam buku yang isinya kumpulan cerpen, saya rasa jadi agak membosankan. Namun buku ini memang lain. Saya tidak menyesal mebaca buku ini, saya jadi tahu ternyata banyak orang-orang yang menderita, dan mengasah kepekaan sosial saya. Membaca buku ini seperti menemukan air karena akhir-akhir ini saya jarang membaca novel islami namun tetap asyik, realistis dan menggugah hati.

Resensi Buku Ciao Italia!




Judul      : Ciao Italia!
                 Catatan Petualangan Empat Musim
Penulis    : Gama Harjono
Penerbit  : GagasMedia
Tahun     : Cetakan Pertama, 2008
Halaman : vii+287 halaman

            “Terletak di lintas utama Roma-Florence, Orvieto, salah satu kota antik paling menarik yang pernah saya kunjungi. Terletak hanya satu jam perjalanan dengan kereta. Orvieto mudah dijangkau.
            Matahari mezzogiorno (tengah hari) memancar dengan intens, tetapi tidak terasa panas sama sekali (lah, Februari kan masih winter di Eropa!) Begitu keluar dari stasiun Orvieto, saya sedikit linglung, hmm... bagaimana yah cara ke centro?”

Tertarik dengan Italia? Penasaran dengan kota Italia? Baca buku ini!
Kalimat di atas adalah salah satu paragraf di buku Ciao Italia! Yang baru saja selesai saya baca. Pada halaman awal buku ini kita akan disuguhi foto-foto berwarna tentang pemandangan di Italia. Buku ini bukan novel, melainkan cerita penulis tentang kisahnya ketika berada di Italia, tepatnya ketika sedang menjalankan studinya di Italia. Mulai dari mengapa dia memilih Italia sebagai tempat untuk melanjutkan studinya, ulasan mengenai beberapa universitas yang sempat akan dia pilih, hingga petualangannya di Italia di empat musim. Dalam buku ini lebih menceritakan kegiatan-kegiatan penulis di luar akademis daripada ketika sedang menjalani perkuliahan. Menurut saya, buku ini lebih cocok untuk orang yang akan berlibur di Italia, dibandingkan sebagai panduan untuk bertahan hidup ketika menjalani di Italia, karena di buku ini kurang dipaparkan bagaimana pembelajaran di sana, terutama bagi pemula yang baru belajar di luar negeri untuk pertama kalinya. Atau bagaimana strategi agar bisa menyesuaikan dengan teman-teman lainnya yang sudah mahir berbahasa Italia.
            Namun, bahasa yang digunakan cukup menarik, seakan kita benar-benar sedang menjelajahi tempat-tempat wisata di Italia ketika penulis menceritakan pengalamannya dalam menjelajahi tempat wisata baik di Italia maupun di negara-negara tentangga sekitar Italia. Selain itu, penulis juga cukup objektif dalam memaparkan kekurangan dari negara tersebut. Ternyata negara yang dalam gambaran kita selama ini sangat indah memiliki juga sisi negatif sehingga ketika kita benar-benar ada di Italia, kita sudah tidak kaget lagi dan bisa waspada.
            Di akhir buku ini dilampirkan beberapa resep makanan Italia mudah dan lezat, beberapa kosa kata bahasa Italia, website-website belajar bahasa Italia dan tentu saja website informasi mengenai beasiswa untuk bisa belajar di Italia.